Selasa, 09 April 2013

Kejutan Dua Jari manis

Kejutan yang membuatku bahagia lahir dan batin. Yaitu ketika melihat mereka berdua bergandengan tangan terus-menerus tanpa terlepas saat resepsi pernikahannya tanggal 7 April 2013 kemarin lalu. Dan sepanjang aku berada di ruangan itu, senyumku tak pernah pudar menatap mereka berdua. Cinta begitu menyeruak diantaranya. 

Sang Lelaki adalah manusia yang baru kukenal dekat awal 2011 lalu. Sementara Sang Wanita adalah rekan kerja sekantorku pada pertengahan 2010 hingga akhir 2010 sebelum akhirnya pindah ke club dan bertemulah dengan Sang Lelaki disana. 

Sang Lelaki adalah sosok yang ramah dan penuh perhitungan akan masa depan, banyak hal yang sering aku bicarakan dan diskusikan dengan dia. Dia selalu tertarik dengan hal wirausaha, bahkan saat itu dia juga sudah memulai usaha sampingannya dengan membuka gerai ramen yang dioperasikan oleh saudaranya. Dia selalu berusaha untuk mendorongku mau berwirausaha. Namun saat itu aku masih benar-benar ragu memulai suatu usaha dari mana. 

Sang Wanita adalah sosok perempuan mandiri yang satir terhadap laki-laki, serta penuh pertimbangan dan membentengi semua hal pribadinya dengan baik. Dia cantik, proporsional, stylis, tomboy, namun dia juga pribadi yang sangat hangat dan ramah. Aku melihatnya sebagai sosok wanita yang sangat keren, bahkan aku selalu kagum kepadanya. 

Saat awal-awal bercengkrama dengan mereka, aku merasa mereka adalah pasangan yang pas. Seperti gembok dengan pasangan kunci. Mereka sama-sama masih sendiri dan mereka juga sebenarnya seperti sedang dikejar deadline untuk menikah hahaha. Sering aku menjodoh-jodohkan mereka berdua, namun sesering itu pula mereka meledekku bahwa hal itu sangat tidak masuk akal. “Mana mungkin kami pacaran, dia bukan typeku”. Kalimat pamungkas ini yang sering kudengar waktu berusaha memasangkan mereka. Tapi aku juga gak pernah menyerah dengan keyakinanku itu, dalam hati aku membatin bahwa waktu akan menjawab semuanya jika mereka memang berjodoh.

Kedekatan kami aku rasa sangat erat. Pernah sekali waktu itu di pertengahan 2012, aku dan Sang Lelaki berencana untuk pergi Ke Bandung. Namun saat mendekati hari H-nya, Sang Lelaki masih belum memberikan kabar pastinya. Akhirnya aku meluncur ke Bandung lebih dulu bersama temanku dan berjanji akan bertemu dengan Sang Lelaki disana jika dia jadi menyusul. Saat kutanya dia akan berangkat dengan siapa, dia hanya tertawa dan bilang ‘rahasia’. Otakku langsung mengerut dan mengerucutkan satu nama, “Kamu berangkat bersama Sang Wanita ya?”. Sang Lelaki tidak menjawabnya, dia hanya tertawa.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia memberi kabar bahwa saat itu dia sudah berada di Bandung. Ternyata aku dibodohinya, aku ditipu mentah-mentah dengan alibinya untuk gak jadi ke Bandung. Aku disuruhnya untuk segera menyusul ke Luxton Hotel. Dan setibanya di Hotel, aku tidak terkejut saat Sang Wanita ternyata sudah ada dikamar dan sedang mandi. Perkiraanku tidak meleset. Tanpa basa-basi aku langsung memborbardir mereka, “kalian udah resmi pacaran atau gimana sie?”. Mereka berdua kompak tertawa dan menggelitiku habis-habisan sampai aku merasa badanku kayak kejang. Sambil teriak minta ampun, aku melontarkan kata-kata ini kepada mereka, “aku gak perlu pengakuan, aku hanya menunggu bukti. Jika jodoh itu ada, aku akan melihat kalian berdua di pelaminan!” Bukannya berhenti, mereka malah menjadi-jadi untuk menggelitikku.

Kalo ingat moment itu, aku selalu tersenyum sendiri. Sebenarnya kecurigaanku bukan hanya pada saat itu saja. Sang Lelaki pernah kepergok aku sedang berpergian ke Singapura. Dia tidak pernah mengaku pergi kesana bersama siapa, tapi aku bisa tahu jika Sang Wanita yang sedang bersamanya saat itu. Juga saat Sang Lelaki pergi ke salah satu Villa indah di perbukitan sentul. Dan yang lain-lain lagi. Aku yakin saat itu mereka sebenarnya sedang menjajaki hati. Tapi mungkin memang belum ada hal resmi yang perlu di publikasikan.

Hingga kejutan itu datang. Tanggal 30 Maret 2013, Sang Lelaki mengirimiku pesan singkat untuk memintaku menemuinya karena ada hal yang membutuhkan bantuanku. Aku datang tak berselang lama setelah pesannya itu kuterima. Ketika kami bertatap muka, kulihat dia seperti kelelahan. Dia menyodorkan sebuah undangan kepadaku. “Aku akan menikah dengan Sang Wanita minggu depan.” Aku tersenyum, sejenak agak lama, dan dia tahu arti senyumku itu. Dia tidak banyak bicara. Hanya sebuah permohonan untuk membantunya membagikan beberapa undangan kepada orang-orang yang sekantor dengan aku. Namun pada akhirnya hal itu urung dilakukan, karena Sang Wanita berkeinginan untuk memberikannya langsung kepada orang-orang tersebut. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Kepeluk mereka berdua, sepasang yang kutahu sangat menawan, sepasang yang kutahu sangan serasi, sepasang yang kutahu mempunyai makna tersendiri tentang cinta.

Mungkin inilah yang dinamakan dengan suratan takdir dan jalan hidup dari Tuhan. Jodoh itu pasti, dan jalannya tidak pernah kita duga. Banyak pihak yang merasa sedikit tidak percaya dengan kebersamaan mereka. Orang-orang itu mengatakan, “Kok bisa ya Sang Wanita memilih Sang Lelaki sebagai tulang punggungnya, bukannya dia itu mempunyai type yang jauh lebih tinggi levelnya daripada Sang Lelaki itu.” Namun, terlepas dari itu semua, aku tidak peduli lagi. Bagiku mereka adalah pasangan menawan. Mereka berdua bisa memantapkan hatinya untuk menjadi sepasang, bukan lagi seorang. Karena mereka dulu masih begitu ragu dengan persatuan itu, menikah. Tapi Tuhan Maha Tahu, Dia menyatukannya pada waktu yang tepat, yang tak disangka-sangka. 

Inilah salah satu dongeng yang kurangkai dulu, kucoba untuk terus meyakininya dan Alhamdulillah akhirnya menjadi nyata.

Sepasang Merpatiku, aku menangis berkat kalian, bukan lagi tangisan duka tapi ini adalah tangisan haru. Bahwa cinta itu memang sederhana, tanpa harus banyak syarat. Kalian membuat cinta itu tampak ringan dan mudah untuk diarungi. Aku harap sayap kalian selalu tangguh hingga mampu terbang mengarungi hidup dan abadi bersama Sang Khalik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar