Kejutan yang membuatku bahagia lahir dan batin.
Yaitu ketika melihat mereka berdua bergandengan tangan terus-menerus tanpa
terlepas saat resepsi pernikahannya tanggal 7 April 2013 kemarin lalu. Dan
sepanjang aku berada di ruangan itu, senyumku tak pernah pudar menatap mereka
berdua. Cinta begitu menyeruak diantaranya.
Sang Lelaki adalah manusia yang baru kukenal
dekat awal 2011 lalu. Sementara Sang Wanita adalah rekan kerja sekantorku pada
pertengahan 2010 hingga akhir 2010 sebelum akhirnya pindah ke club dan
bertemulah dengan Sang Lelaki disana.
Sang Lelaki adalah sosok yang ramah dan penuh
perhitungan akan masa depan, banyak hal yang sering aku bicarakan dan
diskusikan dengan dia. Dia selalu tertarik dengan hal wirausaha, bahkan saat
itu dia juga sudah memulai usaha sampingannya dengan membuka gerai ramen yang
dioperasikan oleh saudaranya. Dia selalu berusaha untuk mendorongku mau
berwirausaha. Namun saat itu aku masih benar-benar ragu memulai suatu usaha dari
mana.
Sang Wanita adalah sosok perempuan mandiri yang
satir terhadap laki-laki, serta penuh pertimbangan dan membentengi semua hal
pribadinya dengan baik. Dia cantik, proporsional, stylis, tomboy, namun dia
juga pribadi yang sangat hangat dan ramah. Aku melihatnya sebagai sosok wanita
yang sangat keren, bahkan aku selalu kagum kepadanya.
Saat awal-awal bercengkrama dengan mereka, aku
merasa mereka adalah pasangan yang pas. Seperti gembok dengan pasangan kunci.
Mereka sama-sama masih sendiri dan mereka juga sebenarnya seperti sedang
dikejar deadline untuk menikah hahaha. Sering aku menjodoh-jodohkan mereka
berdua, namun sesering itu pula mereka meledekku bahwa hal itu sangat tidak
masuk akal. “Mana mungkin kami pacaran, dia bukan typeku”. Kalimat pamungkas
ini yang sering kudengar waktu berusaha memasangkan mereka. Tapi aku juga gak
pernah menyerah dengan keyakinanku itu, dalam hati aku membatin bahwa waktu
akan menjawab semuanya jika mereka memang berjodoh.
Kedekatan kami aku rasa sangat erat. Pernah
sekali waktu itu di pertengahan 2012, aku dan Sang Lelaki berencana untuk pergi
Ke Bandung. Namun saat mendekati hari H-nya, Sang Lelaki masih belum memberikan
kabar pastinya. Akhirnya aku meluncur ke Bandung lebih dulu bersama temanku dan
berjanji akan bertemu dengan Sang Lelaki disana jika dia jadi menyusul. Saat
kutanya dia akan berangkat dengan siapa, dia hanya tertawa dan bilang ‘rahasia’.
Otakku langsung mengerut dan mengerucutkan satu nama, “Kamu berangkat bersama
Sang Wanita ya?”. Sang Lelaki tidak menjawabnya, dia hanya tertawa.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia memberi
kabar bahwa saat itu dia sudah berada di Bandung. Ternyata aku dibodohinya, aku
ditipu mentah-mentah dengan alibinya untuk gak jadi ke Bandung. Aku disuruhnya
untuk segera menyusul ke Luxton Hotel. Dan setibanya di Hotel, aku tidak
terkejut saat Sang Wanita ternyata sudah ada dikamar dan sedang mandi.
Perkiraanku tidak meleset. Tanpa basa-basi aku langsung memborbardir mereka, “kalian
udah resmi pacaran atau gimana sie?”. Mereka berdua kompak tertawa dan menggelitiku
habis-habisan sampai aku merasa badanku kayak kejang. Sambil teriak minta
ampun, aku melontarkan kata-kata ini kepada mereka, “aku gak perlu pengakuan,
aku hanya menunggu bukti. Jika jodoh itu ada, aku akan melihat kalian berdua di
pelaminan!” Bukannya berhenti, mereka malah menjadi-jadi untuk menggelitikku.
Kalo ingat moment itu, aku selalu tersenyum
sendiri. Sebenarnya kecurigaanku bukan hanya pada saat itu saja. Sang Lelaki
pernah kepergok aku sedang berpergian ke Singapura. Dia tidak pernah mengaku
pergi kesana bersama siapa, tapi aku bisa tahu jika Sang Wanita yang sedang
bersamanya saat itu. Juga saat Sang Lelaki pergi ke salah satu Villa indah di
perbukitan sentul. Dan yang lain-lain lagi. Aku yakin saat itu mereka
sebenarnya sedang menjajaki hati. Tapi mungkin memang belum ada hal resmi yang
perlu di publikasikan.
Hingga kejutan itu datang. Tanggal 30 Maret 2013,
Sang Lelaki mengirimiku pesan singkat untuk memintaku menemuinya karena ada hal
yang membutuhkan bantuanku. Aku datang tak berselang lama setelah pesannya itu
kuterima. Ketika kami bertatap muka, kulihat dia seperti kelelahan. Dia
menyodorkan sebuah undangan kepadaku. “Aku akan menikah dengan Sang Wanita
minggu depan.” Aku tersenyum, sejenak agak lama, dan dia tahu arti senyumku
itu. Dia tidak banyak bicara. Hanya sebuah permohonan untuk membantunya
membagikan beberapa undangan kepada orang-orang yang sekantor dengan aku. Namun
pada akhirnya hal itu urung dilakukan, karena Sang Wanita berkeinginan untuk
memberikannya langsung kepada orang-orang tersebut. Aku tidak bisa berkata
apa-apa. Kepeluk mereka berdua, sepasang yang kutahu sangat menawan, sepasang
yang kutahu sangan serasi, sepasang yang kutahu mempunyai makna tersendiri
tentang cinta.
Mungkin inilah yang dinamakan dengan suratan
takdir dan jalan hidup dari Tuhan. Jodoh itu pasti, dan jalannya tidak pernah
kita duga. Banyak pihak yang merasa sedikit tidak percaya dengan kebersamaan
mereka. Orang-orang itu mengatakan, “Kok bisa ya Sang Wanita memilih Sang
Lelaki sebagai tulang punggungnya, bukannya dia itu mempunyai type yang jauh
lebih tinggi levelnya daripada Sang Lelaki itu.” Namun, terlepas dari itu
semua, aku tidak peduli lagi. Bagiku mereka adalah pasangan menawan. Mereka berdua
bisa memantapkan hatinya untuk menjadi sepasang, bukan lagi seorang. Karena mereka
dulu masih begitu ragu dengan persatuan itu, menikah. Tapi Tuhan Maha Tahu, Dia
menyatukannya pada waktu yang tepat, yang tak disangka-sangka.
Inilah salah satu dongeng yang kurangkai dulu,
kucoba untuk terus meyakininya dan Alhamdulillah akhirnya menjadi nyata.
Sepasang Merpatiku, aku menangis berkat kalian,
bukan lagi tangisan duka tapi ini adalah tangisan haru. Bahwa cinta itu memang
sederhana, tanpa harus banyak syarat. Kalian membuat cinta itu tampak ringan dan
mudah untuk diarungi. Aku harap sayap kalian selalu tangguh hingga mampu
terbang mengarungi hidup dan abadi bersama Sang Khalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar