Re-write 'Raka,' by @miaofme
nie cerita jadi konyol banget dah, kampreettt!!!! semoga kesan
romantis di cerita aslinya gak ikutan buyar.
*sigh*
_______________________________________________________________________________
INDAH. Sepertinya hanya itu yang bisa kukatakan untuk
menggambarkan waktu itu. Memang bukan waktu silam, karena terjadinya juga tidak
dapat dituliskan dengan tanggal, bulan, tahun, detik, menit, jam, tempat,
suasana, dan berbagai setting yang jelas. Kenapa??? Ah sebaiknya kalian baca
saja dulu.
Alkisah hiduplah seekor manusia, eh… seorang manusia. Namanya
“Hanya”
Hanya ini jatuh cinta pada seseorang yang bernama “SAJA”
Suatu hari si Hanya yang cinta gila pada Saja setelah
bertahun-tahun lamanya, tiba-tiba mendapatkan kunjungan dadakan. Kunjungan
mendadak itu terjadi di pagi buta, ketika matahari masih merem melek. Tok tok
tok….Begitulah suara pintu terdengar diketok dari luar.
Telinga hanya menangkap sinyal itu dan meneruskannya ke otaknya
yang masih tertidur. “hoaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh” dengan malas dia bangun dan
menyentuh gagang pintu. “kleekkk” dibukanya pintu itu dan tanpa 1,2.3 (kalau
bahasa gahul ala koreanya Hana, Dul, Set..), seseorang tampak seperti bayangan
langsung menyeruak dari luar dan bergelanggang ke dalam. “Ow…” Si Hanya
bingung, terkejut, mata berkedip-kedip dan akhirnya dia menyadari ada banyak
belek di matanya. Dengan cepat dia membersihkan matanya. Seseorang yang barusan
masuk ke kamar itu pun ternyata adalah sosok lelaki berparas menawan yang
selalu menjadi pangeran dalam mimpi Hanya. “Am I dreaming?” Hanya menepuk-nepuk
wajahnya. Si lelaki berdiri dengan mata sambil mencari-cari sesuatu. “Paspor
kamu mana?”
“i….itu.. di laci dalam lemari” Sekonyong-konyong dia membuka
lemari dan menggeret laci di dalamnya keluar. Paspor Hanya pun mentereng keluar
tanpa suara (Ya iyalah..sejak kapan paspor bisa ngomong?)
Dia mengambil paspor itu dan mengambil tas ransel yang tergeletak
di sudut kamar Hanya. Dia mengambil beberapa barang yang tak sempat Hanya lihat
karena Hanya masih tertegun saja melihat ulah lelaki yang sebenarnya baru saja
berdansa ria di dalam mimpinya.
“Cepat cuci muka dan ganti pakaianmu. Aku tunggu di luar yah!”
Seperti ada komando dari Presiden RI dan jika tidak dilakukan maka
Hanya akan dihukum gantung, dia langsung bergegas ke kamar mandi. Hanya
menggosok gigi, mencuci muka. Kyaaa….dingin… maklum saja itu masih subuh. Hanya
mengikat rambutnya dengan gaya ala-ala. Dan meski tak percaya diri, Hanya
berjalan keluar menemui lelaki rupawan itu di ruang tamu.
“Kita pergi sekarang” Dan sebuah taksi biru gagah berdiri de dapan
kos Hanya. (sejak kapan yah taksi berdiri? Hahahahhaa)
Di sepanjang perjalanan mahluk bernama Saja itu diam. Ketika
membuka mulut dia cuma meminta Hanya untuk tidur kembali” ah kejam sekali.
Memangnya dia tidak tau kalau otak Hanya masih berbolak balik mencari tau apa
yang terjadi? Memangnya dia tidak tau kalau situasi itu membuat jantung Hanya
berdegup lebih kencang seperti boomerang yang mau perang? Tapi lagi-lagi
seperti komando dari Raja Fir’aun (hehe bukan lagi Presiden) Hanya merem saja.
Dan “hei”. Tiba-tiba sentuhan lembut tangan yang hangat menggelayut di pipi
kanan Hanya. Ketika mata Hanya terbuka dia melihat wajah rupawan itu lagi. Dia
sedikit terkejut dan masih berpikir itu mimpi. “yah, terkadang sesuatu terlalu
indah untuk jadi nyata” begitulah Hanya selalu berpikir. But hey…. This isn’t a
dream…..
Ternyata si Hanya dan si Saja sudah ada di bandara Soeta. Mereka
ada di penerbangan internasional dengan tujuan Pukhet. Wowww… si Hanya
tersenyum dan ingin berteriak rasanya. Tapi tidak mungkin dia tiba-tiba berlari
dan memeluk si Saja yang saat itu mengurusi pembayaran tax. Satu setengah jam
kemudian, keduanya sudah berada di dalam pesawat, meluncur ke Thailand.
****
Phuket beach sungguh indah di pandang mata. Baru sampai di resort
itu keduanya langsung masuk hotel dan sarapan. Maklum keduanya memang
membutuhkan asupan energi. Selepas sarapan keduanya langsung kembali ke hotel.
Tidur. Kali ini Saja tidur bersebelahan dengan si Hanya. Sontak saja itu
membuat Hanya berdebar-debar. Dia masih beranggapan itu mimpi. Tapi si Saja
tidur seperti bayi hingga beberapa saat kemudian terdengar suara dengkuran.
Owww…. Ternyata pangeran juga bisa mendengkur yah?? Dan setelah beberapa menit…
tuuuuuuuttt… Kyaa……… dia kentut. Si Hanya hanya bisa menahan tawa. Dia
membiarkan Saja tidur pulas sambil memandangi wajahnya. Tapi lama-lama rasa
kantuk menjangkit padanya dan dia pun tidur.
****
Ada pembicaraan menarik setelah mereka berdua bangun.
Suasana di resort itu benar-benar indah. Sejuk, lembut, dan senja
menggantung di ufuk barat. Very nice.
Mereka berdua duduk di balkon kamar hotel sambil menikmati
pemandangan pantai yang ada di depan mata mereka. Angin sepoi-sepoi menyambut
wajah mereka. Saja tiba-tiba membuka mulut.
‘Aku ingin kau dengarkan aku dengan baik karena perkataan ini
sudah aku tunggu sejak lama. Aku mengajakmu kesini karena aku tidak bisa
mengatakannya di Jakarta. Terlalu rahasia bagiku dan aku tidak ingin seorang
pun tahu selain kau dan aku”
Si Hanya antusias mendengar itu. Dia hanya mengangguk dan matanya
berkedip-kedip.
Si Hanya melihat pupil mata Saja membesar yang hanya terjadi jika
seseorang berbicara pada orang yang dia sukai. Dan tepat sekali, GR lah si
Hanya. Otaknya kembali bugar dan mampu berpikir kalau orang tersebut memang
jatuh cinta padanya dengan pupil seperti itu. Kemudian dia menyimak perkataan
Saja dengan baik.
‘Aku ingin hal ini hanya menjadi milik kita berdua, bukan orang
lain. sudah terlalu lama aku menimbang-nimbang. Ragu dengan apa yang sudah
melekat di hati juga pikiranku sejak pertama kali kita bertemu. Aku terlalu
naïf. Takut dengan pendapat dan pandangan publik. Dan sejak itu aku memulai
membuat jarak denganmu. Aku mengacuhkanmu. Namun tak pernah sekalipun aku
mengabaikanmu, hanya saja aku melakukannya seperti mata-mata. Memperhatikanmu
dari jauh. Menjagamu dari jauh.’
‘Aku bisa bertahan dan cukup tenang hingga sekarang karena aku
merasa tidak pernah kehilanganmu. Walaupun kita terpisah semenjak akhir sekolah
dulu. Tapi aku bisa sangat yakin jika kamu tidak pernah berhenti
mencintaiku.’
‘Maafin aku yang sudah membuatmu menanti terlalu lama, maafin aku
yang tidak bisa mengapreasikan perasaanku dengan baik. Maafin aku yang tidak
pandai memilih kata. Maafin aku yang selalu membuatmu kecewa setiap kali kita
bertemu. Maafin aku yang tidak peka dengan maksud dan bahasamu. Bertahun-tahun
aku mememdam, melihatmu dari jauh, meratapi kebodohanku karena ego yang tidak
bisa kukalahkan ketika itu.’
‘Karena kamu, aku bisa terus hidup. Bisa semangat menahan tekanan
apapun. Cukup dengan membaca semua tweetmu, membaca perasaanmu
kepadaku. Aku merasa hidupku masih utuh, impianku masih benderang. Hampir
setiap hari selama bertahun-tahun itu aku belajar tentangmu. Belajar tentang
apa saja yang membuatmu senang, yang membuatmu tertawa, yang membuatku
nyaman,.. yang membuatmu sedih. Tapi sejujurnya aku tidak pernah benar-benar
tahu harus berbuat apa kepadamu. Jadi tolong ajari aku, bersabarlah terhadapku.
Jangan lelah mencintaiku.’
‘Aku tidak ingin kehilanganmu, untuk saat ini ataupun seterusnya.’
Tuuuut… tiba-tiba Hanya kentut. Dia ternyata sangat gugup menerima
pengakuan seperti itu. Saja pun tidak kalah terkejut karena bagaimana mungkin
Hanya berani kentut di depannya dengan cara mengenaskan seperti itu. Bau nya
pun merajalela. Astagaa………………….
“Bagaimana mungkin kamu kentut sembarangan seperti itu? Aku sudah
menunggu waktu bertahun-tahun untuk ini tapi kamu rusak dengan kentut baumu
itu” Umpat Saja
Mendengar itu Si Hanya tidak terima. Dia teringat Saja juga kentut
sembarangan ketika tidur
“heh, namanya juga kentut. Aku nggak sengaja tau. Sapa suruh bikin
pengakuan semendadak ini. Kamu pikir aku tidak terkejut? Kamu pikir aku nggak
nunggu saat-saat kayak gini juga? Yang lebih menderita itu aku yah.. Udah
sembarangan bawa anak orang kesini tanpa babibu… Aku ini masih syok karena
kedatangan kamu yang tiba-tiba dan perjalanan kita disini, lalu kita ada disini
saat ini, dan sekarang semakin membludak dengan pengakuanmu itu. Perutku juga
ikut syok dan akhirnya gas di dalamnya ikut muntap keluar. Salah siapa itu??
Dan waktu tidur kamu juga kentut dan baunya dua kali lipat dari punyaku. ”
Hahhahaa…. Dan pembicaraan keduanya berakhir dengan tawa. Saja
yang selalu jaim dan dingin di depan mata Hanya untuk pertama kalinya tertawa
terpingkal-pingkal. Dia benar-benar tertawa lepas dan sudah jelas di mata
keduanya yang penuh dengan rasa lega. Ah begitulah cinta….
Sekejap setelah gelak tawa itu mengembang, si Hanya membuka matanya.
“Yahhhh… Ternyata memang mimpi”
Yah itulah kenapa cerita ini tidak bisa dituliskan dengan tanggal,
bulan, tahun, detik, menit, jam, situasi, dan segala setting apapun, karena
terjadinya di dalam mimpi.
Sekian.