Ketika aku berbicara pada bulan,
ataupun ketika aku berbisik pada angin, hanya ada namamu disana. Separuh
nyawaku yang kutitipkan kepada semesta. Detak jantungku yang berdebar setiap
bayanganmu datang. Seperti nafas yang kuhela. Aku tahu kamu disana,
mengingatku.
Pernahkah kamu mendengarku
memanggilmu? Karena saat malam aku berbicara kepada Bulan, berharap kamu
mendengarku. Dan aku tetap berusaha berbicara kepadamu, kepada Bulan. Mengharap
kaupun berbicara kepadaku.
Mereka mengiraku gila. Orang-orang
itu menuduhku gila. Mereka tak tahu apa yang kutahu. Mereka hanya melihat namun
tidak mengerti. Karena hanya kamulah yang kumiliki. Melihat, itu bukan percaya.
Sedangkan percaya sudah tentu melihat.
Aku yang duduk seorang diri di
bawah sinar Rembulan. Aku yang sedang berbicara kepada Rembulan. Mengharapkan kau
mendengar rindu di hatiku. Karena Bulan yang kulihat saat ini sama seperti yang
kaulihat.
Apa kamu bisa mendengarkan(suara-hati)ku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar