Kadang menjauh dari seseorang itu lebih baik, bukan karena berhenti
mencintainya, tapi untuk melindungi diri dari rasa sakit.
Mungkin itu alasan yang tepat
kenapa aku begitu angkuh kepadamu. Bahkan saat duduk berhadapanpun aku lebih
memilih untuk memalingkan wajahku dan mencari kesibukkan yang lain. Aku hanya
memperkokoh bentengku agar aku tidak roboh. Setiap kali bertemu denganmu, aku
merasakan hatiku bahagia dan nyeri dalam waktu yang sama. Bahagia karena aku
bisa melihat matamu lagi, namun nyeri karena aku sadar begitu tingginya tembok
diantara kita.
Kadang disaat aku sangat merindukanmu,
aku hanya mengharapkan kamu hadir dalam mimpiku. Aku sungguh tidak terlalu
mengharapkan bertemu secara nyata denganmu. Karena saat dalam dunia nyata, aku
dan kamu dipertemukan. Maka aku akan bersiap-siap untuk merasakan getir selepas
kita berpisah kembali. Aku akan habiskan malamku dengan merenung, mengingat
betapa bodohnya aku.
Aku membuat jarak itu hanya agar
kau tetap nyaman dengan dirimu. Tetap merasa aman tanpa segala macam bentuk
usaha yang kulakukan untuk mendekatimu. Aku berusaha untuk mengacuhkanmu setiap
kali bertemu, hanya agar kau merasa bahwa aku tidak sedang berusaha untuk
menarik perhatianmu. Setiap kali ngobrol dalam suatu forum, aku sengaja untuk
tidak menyahuti setiap omonganmu. Seolah seperti aku berbicara secara pribadi dengan
mereka, begitu juga denganmu. Dan saat seperti itu, kita bagaikan minyak dengan
air, menempel namun tidak melebur.
Ketika kita bertemu, aku hanya
memperhatikan ujung kakimu, atau mungkin ujung jemari tanganmu. Aku tidak
berani untuk terus menerus menatap matamu. Kecuali saat kau bertanya atau
berbicara kepadaku. Aku akan menatap matamu sekilas dan menjawab pertanyaanmu,
lalu aku akan kembali memalingkan wajah. Kamupun akan kembali membisu.
Entah apa sebenarnya yang sedang
kujalani ini. Ikatan yang sudah aku buat (kamu buat), lebih seperti kutukan
yang terus berlanjut. Saat seseorang bertemu dengan orang yang sangat
dicintainya, seharusnya dia akan merasa bahagia. Tapi mengapa tidak demikian
denganku.
***
Ketika malam tiba, saat aku
terbaring ditempat tidur dan berusaha untuk memejamkan mataku. Aku mengulurkan
tanganku kedepan, kubuka jemari tanganku, kupandangi setiap ujung jari itu
seolah seperti hendak menggapai seseuatu. Perlahan kupejamkan mataku,
kubayangkan ada jemarimu diujung sana yang perlahan mendekat dan meraih
ujung-ujung jemariku. Aku akan tersenyum lembut saat jemarimu berhasil
menggapai jemariku. Perlahan aku akan teridur dengan pulas.
Dan aku akan berbisik lirih
memanggil namamu, mengharapkanmu hadir di dalam mimpiku, menawarkan getirku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar