Selasa, 23 Juli 2013

Day #10 Kemuliaan Tobat


Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri ra. katanya: Nabi saw. bersabda: “Seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kamu telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, lalu dia mencari seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, dia terus berjumpa pendeta tersebut kemudian berkata: Aku telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, adakah taubatku masih diterima? Pendeta tersebut menjawab: Tidak. Mendengar jawaban itu, dia lalu membunuh pendeta tersebut dan genaplah seratus orang manusia yang telah dibunuhnya. Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang ulama, dia terus berjumpa ulama tersebut dan berkata: Aku telah membunuh seratus orang manusia. Adakah taubatku masih diterima? Ulama tersebut menjawab: Ya! Siapakah yang bisa menghalangi kamu dari bertaubat? Pergilah ke negeri si fulan, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Kamu beribadahlah kepada Allah Swt. bersama mereka dan jangan pulang ke negerimu karena negerimu adalah negeri yang sangat hina. Lelaki tersebut berjalan menuju ke tempat yang dimaksud. Ketika berada di pertengahan jalan tiba-tiba dia mati, menyebabkan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berselish pendapat mengenai orang tersebut. Malaikat Rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah Swt. Namun Malaikat Azab juga berkata: Dia tidak pernah melakukan kebaikan. Lalu Malaikat yang lain datang dalam keadaan menyerupai manusia dan mencoba menengahi mereka sambil berkata: Ukurlah jarak di antara dua tempat. Mana yang lebih (jaraknya menuju negeri yang dituju), itulah tempatnya. Lantas mereka mengukurnya. Ternyata mereka dapati lelaki tersebut tempat meninggalnya lebih dekat kepada negeri yang ditujunya. Akhirnya dia diambil oleh Malaikat Rahmat” (HR Bukhari dalam Kitab Kisah Para Nabi, hadis no. 3211)
Saudaraku, apakah kata tobat terasa sangat mengganjal di ulu hati kalian?
Hidup kita di dunia ini hanya seperti kedipan mata. Sangat sebentar. Dari waktu yang sebentar itu, apa yang bisa kita manfaatkan? Banyak peristiwa yang kita alami semenjak dilahirkan  hingga ajal menjemput. Cerita suka, duka, derita, bahagia, sedih, gembira, kecewa, optimisme, putus asa, peduli, kasih-sayang, cinta, dan seabrek pernak-pernik dan kerlap-kerlip kehidupan dunia yang melengkapinya. Perjalanan singkat di dunia ini pasti akan berakhir. Ada terminal akhir yang merupakan tempat kita berlabuh. Allah Swt. sudah menyediakan dua tempat; surga dan neraka. Surga untuk para pengumpul pahala, sementara neraka untuk para pendosa.
Allah senantiasa memberikan kita kesempatan dengan dibukanya pintu tobat selebar-lebarnya selama hayat masih dikandung badan. Tidak pernah ada kata terlambat. Setiap hidup perlu adanya perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Islam mengajarkan agar kita senantiasa berbuat baik. Jika kebetulan berbuat maksiat, bertobatlah segera. Demikian besarnya kasih sayang Allah kepada hambanya. Selagi kita masih punya kesempatan banyak, di saat kita masih muda usia. Ada cukup waktu untuk kita memperbaiki diri. Jangan berputus asa juga untuk para pendosa. Yakinlah, selama hayat masih di kandung badan, kita semua masih punya kesempatan yang sama untuk menuai pahala.
Untuk bersungguh-sungguh dalam bertaubat, paling tidak kita harus bisa melaksanakan lima hal berikut:
Pertama, menyesal. Tanpa penyesalan, rasanya sulit untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Penyelasan ini haruslah benar-benar tumbuh dalam diri kita. Meminta maaf dengan tulus kepada orang-orang yang suda kita dzalimi dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Kedua, bersungguh-sungguh. Kuatkan tekad kita untuk menghentikan kebiasaan maksiat. Kita harus selalu fokus dan konsisten dengan niat kita untuk berubah dan meninggalkan perbuatan dosa yang selama ini kita lakukan. Di dalam niat kita yang bersungguh-sungguh itu, Allah juga sudah menjanjikannya dengan pahala yang baik.
Ketiga, tinggal di lingkungan yang mendukung. Ini penting untuk bisa tetap fokus pada niat tobat. Sebab, jika kita masih berdada dalam lingkungan yang sarat dengan hal maksiat bisa jadi kita akan terus terpengaruh untuk menjadi seperti mereka. Jadi sebisa mungkin berkumpullah dengan orang-orang yang sholeh, insyaallah setiap sikap dan perbuatan kita akan ikut menjadi sholeh.
Keempat, tumbuhkan semangat untuk mengkaji Islam. Saudaraku, dengan mengkaji Islam, selain menambah wawasan, juga akan membuat kita tetap stabil dengan “kehidupan baru” kita.
Kelima, senantiasa berdoa. Jangan lupakan untuk terus berdoa dan memohon ampunan kepada Allah. Mohon untuk dibimbing dan diarahkan, serta dikuatkan tekad kita untuk meninggalkan maksiat. “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan permohonanmu itu.” (QS al-Mukmin [40]: 60)
Mari kita berlomba-lomba menuju kebaikkan dan kemenangan. Selagi hayat masih dikandung badan, ayo kita memohon ampunan kepada Allah SWT. Bertobat dengan sebenar-benarnya tobat dan memperbanyak amal shalih kita.

Sabtu, 20 Juli 2013

Day #9 Sang Muzakki Ilmu



Apa yang ada dibenak anda jika saya menanyakan, apa arti Guru menurut anda?
Saya memiliki seorang teman perempuan yang kebetulan dia berprofesi sebagai guru. Awalnya saya sedikit meragukan kenyataan ini bahwa dia adalah seorang guru. Menurut saya, profesi guru membutuhkan seseorang yang telaten dan sabar. Nah, teman saya ini boleh dibilang orang yang telaten dan ulet. Tetapi jika harus menghadapi siswa didik. Hmmm, saya tidak yakin dia bisa teramat sangat berkompromi dengan kenakalan remaja jaman sekarang. Ternyata praduga saya tersebut salah besar. Dia bisa bertahan sampai sekarang dan justru mencintai profesinya.
Pernah saya bertanya kepadanya. Bagaimana rasanya menjadi seorang guru? Jawaban darinya sangat menyentuh hati saya.
“Rasanya menjadi guru. Penuh pengabdian. Awalnya aneh, tapi lama-lama bisa menerima dan akhirnya mencintai. Penuh perjuangan untuk menjadi seorang guru serta keikhlasan dari suami yang merelakan instrinya mengabdi. Berjuang untuk anak-anak,”
Bisa saya bayangkan besarnya cinta yang menyeruak dari dalam hatinya. Menjadi guru adalah jalan hidup yang indah. Bisa menjadi seseorang yang bisa membagikan ilmunya kepada calon-calon pemimpin bangsa.
Saya ingat dengan tulisan saya sebelumnya tentang ‘Kantorku surgaku’. Bagi saya, Guru adalah seorang muzakki ilmu, yaitu seseorang yang berderma dengan ilmunya. Seperti kutipan salah satu hadist nabi berikut :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhammad pernah bersabda : “Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar. Kedua orang yang diberi Allah Al-hikmah dan ia berperilaku sesuai dengannya serta mengajarkannya kepada orang lain,” (HR Bukhari)
Hadist di atas mengandung pokok materi bahwa seorang muslim harus merasa iri dalam beberap hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam. Tetapi ada dua hasud yang harus ada pada diri seorang muslim. Pertama menginginkan banyak harta dan kemudian membelanjakannya di jalan Allah, seperti dengan berinfaq, shadaqah, dan lainnya. Harta ini tidak digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah. Kedua, menginginkan ilmu seperti yang dimiliki orang lain. kemudian ilmu itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga diajarkan kepada orang lain dengan ikhlas.
Guru adalah profesi yang sangat mulia. Tentunya jika profesi ini benar-benar diamalkan dengan ikhlas dan benar. Tak sedikit kabar miring tentang profesi seorang guru yang beredar belakangan ini. Namun semua itu kembali lagi terhadap masing-masing pribadi. Apakah dia menghargai profesinya sebagai seorang guru dan mengamalkannya dengan sebenar-benarnya takwa. Atau justru memanfaatkan profesinya tersebut hanya untuk kepentingan sepihak tanpa memandangnya sebagai jihad di jalan Allah.
Pahlawan tanpa tanda jasa. Sang muzakki ilmu. Surgamu tak pernah jauh dari setiap tapak langkah kakimu.