Kamis, 11 Juli 2013

Day #2 Ikhlas, Semata karena Allah


Hi sobat, bagaimanakah ramadhanmu?
Aku ingin berbincang dengan kalian. Membicarakan tentang ikhlas. Apa yang kalian pahami tentang ikhlas? Karena sampai saat ini aku belum bisa menerjemahkannya dengan baik.
Bagiku ikhlas adalah kerelaan di dalam menerima apa yang sudah disuratkan. Tidak ada yang lebih berat daripada itu. Menerima dengan legowo dengan semua yang kita alami, dengan semua yang kita kerjakan, dengan semua yang kita berikan. Kita melakukannya dengan sebenar-benarnya tulus.
Tentang musibah. Hal yang membuat hati kita berdenyut nyeri. Peristiwa yang memilukan dan menyedihkan. Semua itu membuat kita merasa dunia seakan menyempit. Dunia seakan tidak memihak kepada kita. Musibah yang meretaskan alam sadar kita. Menjadikan kita lebih sering berburuk sangka kepada sang Pencipta takdir daripada memahaminya sebagai bentuk kasih sayang.
Apa yang salah dengan musibah? Mengapa manusia selalu melihat musibah sebagai sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Begitu buruknya hal itu, seakan kita hidup hanya untuk disanjung dengan nikmat. Aku belajar untuk memahami musibah. Ketika ia menimpaku, aku menjerit dalam nyeri, merasakan kehilangan yang teramat sangat. Namun di dalam jeritan itu, aku tahu nalarku sedang berstimulasi untuk merespon hal tersebut dengan tindakan yang mulia, sabar. Tak ada yang lebih baik dari sabar ketika musibah menimpa kita. Sabar adalah ikhlas.
Tentang menjalankan perintah. Hal yang membuat kita kadang setengah hati untuk melakukannya. Hal yang membuat mulut kita menggerutu, mengeluh, bahkan menggunjingnya dibelakang. Derajat kita seperti dihinakan. Perasaan malas merongrong ulu hati kita. Enggan untuk berbuat dengan sebaik mungkin. Tak sedikit pula yang mencoba untuk memberontak.
Apa yang salah dengan diperintah? Selama perintah itu adalah benar. Bekerja juga merupakan ibadah. Selalu belajar untuk menjalankan aktivitas tersebut dengan sepenuh hati, dengan riang gembira, dengan semangat. Karena pekerjaan kita adalah untuk Sang Pencipta. Bila setiap perbuatan baik yang kita lakukan semata-mata karena mencari Ridho Allah, insyaallah hal tersebut adalah pundi-pundi berkah yang akan dikucurkan kepada kita. Bekerja dengan setulus hati, dengan sedaya upaya yang kita miliki. Tulus adalah ikhlas.
Tentang berbagi. Hal yang membuat kita terlalu banyak menimbang-nimbang dan mengingat-ngingatnya. Memicingkan sebelah mata batin kita. Merancukan niat baik dengan kesombongan. Hati kita seperti dua orang yang sedang berperang. Kikir dan dermawan. Dua pihak yang tidak pernah berhenti bertikai di dalam benak dan kalbu kita. Seakan niat baik itu adalah barang dagangan yang harus kita jual atau kita beli dengan harga tertentu.
Apa yang salah dengan berbagi? Mengapa kita selalu merasa curiga dengan apa yang hendak kita bantu. Kita selalu meragukan tujuan pemberian kita. Apakah kita sudah memberi kepada tujuan yang tepat?  atau mungkin apakah pemberian kita itu akan benar-benar dibalas dengan nilai yang kita harapkan? Seyogyanya kita lupa pada tujuan dari memberi itu sendiri. Kita berbagi karena kita ingin menolong, karena kita ingin mencari berkah dari Allah. Sebagian dari harta kita adalah hak dari fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Jadi lakukanlah lalu lupakan. Derma adalah ikhlas.
Tak ada satu kebaikkanpun yang tidak mendapat balasan. Tuhan sudah menjanjikan semua itu. Balasan 1 kali lipat, 10 kali lipat, atau bahkan 700 kali lipat. Jangan pernah takut untuk memberi pada tempat yang salah atau di dera cobaan tanpa ada pertolongan Tuhan. Kita hanya butuh menjalani semua itu dengan tulus, semata-mata karena Allah. Hanya kepada Allah, kita menyembah dan memohon pertolongan. Ingatlah Allah, maka Dia akan memberimu segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar