Hi sobat, bagaimanakah ramadhanmu?
Aku ingin berbincang dengan kalian. Membicarakan
tentang ikhlas. Apa yang kalian pahami tentang ikhlas? Karena sampai saat ini
aku belum bisa menerjemahkannya dengan baik.
Bagiku ikhlas adalah kerelaan di
dalam menerima apa yang sudah disuratkan. Tidak ada yang lebih berat daripada
itu. Menerima dengan legowo dengan
semua yang kita alami, dengan semua yang kita kerjakan, dengan semua yang kita
berikan. Kita melakukannya dengan sebenar-benarnya tulus.
Tentang musibah. Hal yang membuat
hati kita berdenyut nyeri. Peristiwa yang memilukan dan menyedihkan. Semua itu
membuat kita merasa dunia seakan menyempit. Dunia seakan tidak memihak kepada
kita. Musibah yang meretaskan alam sadar kita. Menjadikan kita lebih sering
berburuk sangka kepada sang Pencipta takdir daripada memahaminya sebagai bentuk
kasih sayang.
Apa yang salah dengan musibah? Mengapa
manusia selalu melihat musibah sebagai sesuatu yang seharusnya tidak boleh
terjadi. Begitu buruknya hal itu, seakan kita hidup hanya untuk disanjung
dengan nikmat. Aku belajar untuk memahami musibah. Ketika ia menimpaku, aku
menjerit dalam nyeri, merasakan kehilangan yang teramat sangat. Namun di dalam
jeritan itu, aku tahu nalarku sedang berstimulasi untuk merespon hal tersebut
dengan tindakan yang mulia, sabar. Tak ada yang lebih baik dari sabar ketika
musibah menimpa kita. Sabar adalah ikhlas.
Tentang menjalankan perintah. Hal yang
membuat kita kadang setengah hati untuk melakukannya. Hal yang membuat mulut
kita menggerutu, mengeluh, bahkan menggunjingnya dibelakang. Derajat kita
seperti dihinakan. Perasaan malas merongrong ulu hati kita. Enggan untuk
berbuat dengan sebaik mungkin. Tak sedikit pula yang mencoba untuk memberontak.
Apa yang salah dengan diperintah? Selama
perintah itu adalah benar. Bekerja juga merupakan ibadah. Selalu belajar untuk
menjalankan aktivitas tersebut dengan sepenuh hati, dengan riang gembira,
dengan semangat. Karena pekerjaan kita adalah untuk Sang Pencipta. Bila setiap
perbuatan baik yang kita lakukan semata-mata karena mencari Ridho Allah,
insyaallah hal tersebut adalah pundi-pundi berkah yang akan dikucurkan kepada
kita. Bekerja dengan setulus hati, dengan sedaya upaya yang kita miliki. Tulus
adalah ikhlas.
Tentang berbagi. Hal yang membuat
kita terlalu banyak menimbang-nimbang dan mengingat-ngingatnya. Memicingkan sebelah
mata batin kita. Merancukan niat baik dengan kesombongan. Hati kita seperti dua
orang yang sedang berperang. Kikir dan dermawan. Dua pihak yang tidak pernah
berhenti bertikai di dalam benak dan kalbu kita. Seakan niat baik itu adalah
barang dagangan yang harus kita jual atau kita beli dengan harga tertentu.
Apa yang salah dengan berbagi? Mengapa
kita selalu merasa curiga dengan apa yang hendak kita bantu. Kita selalu
meragukan tujuan pemberian kita. Apakah kita sudah memberi kepada tujuan yang
tepat? atau mungkin apakah pemberian
kita itu akan benar-benar dibalas dengan nilai yang kita harapkan? Seyogyanya kita
lupa pada tujuan dari memberi itu sendiri. Kita berbagi karena kita ingin
menolong, karena kita ingin mencari berkah dari Allah. Sebagian dari harta kita
adalah hak dari fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Jadi lakukanlah lalu
lupakan. Derma adalah ikhlas.
Tak ada satu kebaikkanpun yang tidak
mendapat balasan. Tuhan sudah menjanjikan semua itu. Balasan 1 kali lipat, 10
kali lipat, atau bahkan 700 kali lipat. Jangan pernah takut untuk memberi pada
tempat yang salah atau di dera cobaan tanpa ada pertolongan Tuhan. Kita hanya
butuh menjalani semua itu dengan tulus, semata-mata karena Allah. Hanya kepada
Allah, kita menyembah dan memohon pertolongan. Ingatlah Allah, maka Dia akan
memberimu segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar