Sabtu, 20 Juli 2013

Day #9 Sang Muzakki Ilmu



Apa yang ada dibenak anda jika saya menanyakan, apa arti Guru menurut anda?
Saya memiliki seorang teman perempuan yang kebetulan dia berprofesi sebagai guru. Awalnya saya sedikit meragukan kenyataan ini bahwa dia adalah seorang guru. Menurut saya, profesi guru membutuhkan seseorang yang telaten dan sabar. Nah, teman saya ini boleh dibilang orang yang telaten dan ulet. Tetapi jika harus menghadapi siswa didik. Hmmm, saya tidak yakin dia bisa teramat sangat berkompromi dengan kenakalan remaja jaman sekarang. Ternyata praduga saya tersebut salah besar. Dia bisa bertahan sampai sekarang dan justru mencintai profesinya.
Pernah saya bertanya kepadanya. Bagaimana rasanya menjadi seorang guru? Jawaban darinya sangat menyentuh hati saya.
“Rasanya menjadi guru. Penuh pengabdian. Awalnya aneh, tapi lama-lama bisa menerima dan akhirnya mencintai. Penuh perjuangan untuk menjadi seorang guru serta keikhlasan dari suami yang merelakan instrinya mengabdi. Berjuang untuk anak-anak,”
Bisa saya bayangkan besarnya cinta yang menyeruak dari dalam hatinya. Menjadi guru adalah jalan hidup yang indah. Bisa menjadi seseorang yang bisa membagikan ilmunya kepada calon-calon pemimpin bangsa.
Saya ingat dengan tulisan saya sebelumnya tentang ‘Kantorku surgaku’. Bagi saya, Guru adalah seorang muzakki ilmu, yaitu seseorang yang berderma dengan ilmunya. Seperti kutipan salah satu hadist nabi berikut :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhammad pernah bersabda : “Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar. Kedua orang yang diberi Allah Al-hikmah dan ia berperilaku sesuai dengannya serta mengajarkannya kepada orang lain,” (HR Bukhari)
Hadist di atas mengandung pokok materi bahwa seorang muslim harus merasa iri dalam beberap hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam. Tetapi ada dua hasud yang harus ada pada diri seorang muslim. Pertama menginginkan banyak harta dan kemudian membelanjakannya di jalan Allah, seperti dengan berinfaq, shadaqah, dan lainnya. Harta ini tidak digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah. Kedua, menginginkan ilmu seperti yang dimiliki orang lain. kemudian ilmu itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga diajarkan kepada orang lain dengan ikhlas.
Guru adalah profesi yang sangat mulia. Tentunya jika profesi ini benar-benar diamalkan dengan ikhlas dan benar. Tak sedikit kabar miring tentang profesi seorang guru yang beredar belakangan ini. Namun semua itu kembali lagi terhadap masing-masing pribadi. Apakah dia menghargai profesinya sebagai seorang guru dan mengamalkannya dengan sebenar-benarnya takwa. Atau justru memanfaatkan profesinya tersebut hanya untuk kepentingan sepihak tanpa memandangnya sebagai jihad di jalan Allah.
Pahlawan tanpa tanda jasa. Sang muzakki ilmu. Surgamu tak pernah jauh dari setiap tapak langkah kakimu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar