Sabtu, 18 Mei 2013

Another Fairy Tale



Gambar diambil disini

Hari ini kisah dongeng itu kembali terwujud. Seorang sahabatku resmi diikat oleh Pangeran berkuda putihnya. Seorang gadis lugu nan polos bernama Atikah Muhasim, sahabatku, teman seperjuanganku semasa di Bellezza dulu. Dia gadis yang spesial, kuat, tangguh dan mandiri dengan semua masalah yang dihadapinya. Walau kadang dia juga rapuh dengan keyakinannya, lemah dengan beban yang kadang menghimpitnya. Dan bukanlah Atikah jika dia menyerah dengan semua itu. Energinya, semangatnya, gairahnya, itulah yang selalu menyalakankan kehidupan di dalam dirinya. Aku berhutang banyak padanya. Pada dukungannya yang tidak pernah lelah untuk menyemangatiku agar mampu terus berjalan menyusuri dera.

Bertahun lalu, sejak pertama mengenalnya. Aku menemukan cahaya dimatanya. Cahaya yang kukenal. Dia sedang dilanda cinta. Pemuda itu bernama Tirta Adipambudi. Teman dan sahabatnya. Sekali waktu itu Tika menceritakan tentang sosok Adi kepadaku. Tentang Adi yang keras kepala. Tentang Adi yang cuek. Tentang adi yang moody. Tentang Adi yang tidak bias berkomitmen. Tentang Adi yang selalu memicu pertengkaran dengannya. Tentang Adi yang selalu membuat kesal namun juga sangat dirindukannya dalam waktu yang sama. Tentang Adi yang sangat ingin dibencinya namun tak pernah bias untuk dilupakan. Ahh Tika, aku merasa semua keluhmu itu sebenarnya adalah cintamu yang teramat besar kepadanya.

Waktu berlalu. Cintapun turut pasang surut. Tika bilang kedekatannya berakhir. Tika bilang Adi membuatnya marah besar. Tika bilang sangat melelahkan bersahabat dekat dengan Adi. Tika bilang harapannya terlalu besar untuk diwujudkan. Tika bilang semua itu hanya omong kosong, dan Tika hanya hidup dalam harapan serta mimpinya sendiri. Adi tidak pernah mewujudkan impiannya itu. Adi tak jua memintanya. Tak jua menjadikannya pacar. Dan Tika mulai lelah dengan perjuangannya itu.

Saat Tika bercerita seperti itu. Hatiku remuk. Aku sedih, kenapa sahabatku harus menjalani hal seperti ini. Sedaya upaya aku lakukan untuk menguatkannya. Menasehatinya dengan hal baik, dengan pikiran positif. Jujur aku benci dengan sikapnya Adi yang menurutku pengecut itu. Tidak tegas dalam bersikap. Atau hanya sekedar memberi harapan palsu kepada sahabatku itu. Namun di pikiranku yang lain aku tidak bias begitu menyalahkan Adi. Mungkin dia memang seperti itu, atau mungkin dia mempunyai prinsip sendiri dalam hidupnya.

Tapi yang pasti jodoh selalu punya misterinya sendiri. Dia akan menentukan waktunya sendiri. Tepat ketika kita merasa harapan itu sudah tak ada lagi, disanalah ia muncul.

Tika datang kembali dengan membawa keriangan selama 2 setahun terakhir ini. Dia bilang komunikasinya dengan Adi yang sempat terputus kini kembali terjalin. Adi sudah banyak berubah. Tak lagi cuek, dingin, ataupun menyebalkan. Adi perhatian sekali kepadanya. Dan Adi menyanggupi permintaan Abah (bapaknya Tika) untuk serius dengan hubungannya. Maka tibalah saat itu, ketika Tika meberitahukanku bahwa Adi akan segera melamarnya.

Ahhh, benar-benar kisah yang panjang sebenarnya. Namun aku tidak bisa menggambarkannya dengan sangat baik. Hubungan itu seperti air laut, yang selalu pasang-surut. Ada masanya rasa lelah menggerogoti keyakinan kita tentang rasa yang kita pertahankan. Semua itu hanya ujian, apakah kita layak untuk mendapatkan rasa itu dengan seutuhnya atau justru sirna dihembus ketidakberdayaan.

Sekali lagi dongeng itu nyata. Cahaya itu nyata. Jodoh itu ada. Dan mereka mewujudkannya, bahwa dongeng itu pasti happy ending. Segala yang kita yakini dengan sepenuh hati pasti akan menjadi kenyataan. Law of attraction. Jadi mimpikanlah yang indah-indah tentang hidupmu, yakini, dan dengan seijin Tuhan semuanya akan terkabul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar