Hari ini kisah dongeng itu
kembali terwujud. Seorang sahabatku resmi diikat oleh Pangeran berkuda
putihnya. Seorang gadis lugu nan polos bernama Atikah Muhasim, sahabatku, teman
seperjuanganku semasa di Bellezza dulu. Dia gadis yang spesial, kuat, tangguh
dan mandiri dengan semua masalah yang dihadapinya. Walau kadang dia juga rapuh
dengan keyakinannya, lemah dengan beban yang kadang menghimpitnya. Dan bukanlah
Atikah jika dia menyerah dengan semua itu. Energinya, semangatnya, gairahnya,
itulah yang selalu menyalakankan kehidupan di dalam dirinya. Aku berhutang
banyak padanya. Pada dukungannya yang tidak pernah lelah untuk menyemangatiku
agar mampu terus berjalan menyusuri dera.
Bertahun lalu, sejak pertama
mengenalnya. Aku menemukan cahaya dimatanya. Cahaya yang kukenal. Dia sedang dilanda cinta. Pemuda itu bernama Tirta Adipambudi. Teman dan
sahabatnya. Sekali waktu itu Tika menceritakan tentang sosok Adi kepadaku.
Tentang Adi yang keras kepala. Tentang Adi yang cuek. Tentang adi yang moody.
Tentang Adi yang tidak bias berkomitmen. Tentang Adi yang selalu memicu
pertengkaran dengannya. Tentang Adi yang selalu membuat kesal namun juga sangat
dirindukannya dalam waktu yang sama. Tentang Adi yang sangat ingin dibencinya
namun tak pernah bias untuk dilupakan. Ahh Tika, aku merasa semua keluhmu itu
sebenarnya adalah cintamu yang teramat besar kepadanya.
Waktu berlalu. Cintapun turut
pasang surut. Tika bilang kedekatannya berakhir. Tika bilang Adi membuatnya
marah besar. Tika bilang sangat melelahkan bersahabat dekat dengan Adi. Tika
bilang harapannya terlalu besar untuk diwujudkan. Tika bilang semua itu hanya
omong kosong, dan Tika hanya hidup dalam harapan serta mimpinya sendiri. Adi
tidak pernah mewujudkan impiannya itu. Adi tak jua memintanya. Tak jua
menjadikannya pacar. Dan Tika mulai lelah dengan perjuangannya itu.
Saat Tika bercerita seperti itu.
Hatiku remuk. Aku sedih, kenapa sahabatku harus menjalani hal seperti ini.
Sedaya upaya aku lakukan untuk menguatkannya. Menasehatinya dengan hal baik,
dengan pikiran positif. Jujur aku benci dengan sikapnya Adi yang menurutku
pengecut itu. Tidak tegas dalam bersikap. Atau hanya sekedar memberi harapan
palsu kepada sahabatku itu. Namun di pikiranku yang lain aku tidak bias begitu
menyalahkan Adi. Mungkin dia memang seperti itu, atau mungkin dia mempunyai
prinsip sendiri dalam hidupnya.
Tapi yang pasti jodoh selalu
punya misterinya sendiri. Dia akan menentukan waktunya sendiri. Tepat ketika
kita merasa harapan itu sudah tak ada lagi, disanalah ia muncul.
Tika datang kembali dengan
membawa keriangan selama 2 setahun terakhir ini. Dia bilang komunikasinya
dengan Adi yang sempat terputus kini kembali terjalin. Adi sudah banyak
berubah. Tak lagi cuek, dingin, ataupun menyebalkan. Adi perhatian sekali
kepadanya. Dan Adi menyanggupi permintaan Abah (bapaknya Tika) untuk serius
dengan hubungannya. Maka tibalah saat itu, ketika Tika meberitahukanku bahwa
Adi akan segera melamarnya.
Ahhh, benar-benar kisah yang
panjang sebenarnya. Namun aku tidak bisa menggambarkannya dengan sangat baik. Hubungan
itu seperti air laut, yang selalu pasang-surut. Ada masanya rasa lelah
menggerogoti keyakinan kita tentang rasa yang kita pertahankan. Semua itu hanya
ujian, apakah kita layak untuk mendapatkan rasa itu dengan seutuhnya atau
justru sirna dihembus ketidakberdayaan.
Sekali lagi dongeng itu nyata. Cahaya
itu nyata. Jodoh itu ada. Dan mereka mewujudkannya, bahwa dongeng itu pasti happy ending. Segala yang kita yakini
dengan sepenuh hati pasti akan menjadi kenyataan. Law of attraction. Jadi mimpikanlah yang indah-indah tentang
hidupmu, yakini, dan dengan seijin Tuhan semuanya akan terkabul.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar