Jumat, 03 Mei 2013

Sanguine -2-


Angin dingin kian menusuk-nusuk kulitku. Sepertinya hujan sebentar tadi cukup mengundang datangnya angina gunung yang bergerilya menuruni bukit. Aku rapatkan baju hangatku yang sedikit mengendur. Pandanganku kembali kualihkan pada layar monitor laptopku. Tugas kantor ini harus selesai sebelum tengah malam karena besok harus segera dipresentasikan dan aku harus istirahat yang cukup juga. Namun aku terkaget dengan bunyi telepon genggamku. Ringtone singkat pertanda ada pesan masuk. Kutengok layar handphoneku dengan malas. Namanya terpampang di layar. Jantungku berdetak melambat.

"Hari itu, pada waktu itu.
Saat mencintaimu untuk yang pertama kalinya.
Dan aku tahu hal itu adalah suatu kesalahan.
Tapi hati kecilku mengatakan kalau kau adalah cinta sejatiku."

Isi pesan itu cukup jelas, dan aku bukan orang buta huruf yang tidak bisa membaca alfabeth. Nafasku berubah menjadi berat. Aku harus bagaimana sekarang?

Berkali-kali pesan itu aku lihat dan aku baca. Namun jariku tak sanggup untuk membalasnya. Seperti ada pantangan yang membuat badanku seluruhnya membeku. Walaupun hatiku meronta-ronta untuk segera membalasnya, namun jariku tak sanggup untuk bergerak.

Sudah hampir dua jam aku membeku seperti ini. Merasa semua yang tadinya normal, sekarang seperti jungkir balik. Aku kacau. Namun aku masih sanggup mengendalikan diri dan menata nafasku setenang mungkin. Saat kurasa aku sudah tenang, bunyi pesan masuk kembali terdengar dari handphoneku.

"Kita harus bicara,
Suatu hari nanti kita harus bicara.
Aku ingin mendengar semuanya darimu.
Aku harus tahu semua kebenaran yang kau simpan sendiri."

Rasanya aku pengen teriak dengan kencang saat ini. Dadaku seperti mau meledak.

Aku mencintainya. Tanpa jeda sejak hatiku memilihnya di dalam mimpiku. Namun aku tidak pernah berani untuk menyampaikannya, ataupun sekedar menyiratkannya. Hampir 12 tahun aku tersiksa seperti ini, tapi aku selalu menegarkan diri. Aku tak sanggup untuk menyentuhnya bahkan untuk membalas pesan seperti inipun aku tak perdaya. Aku memujanya dalam diam. Aku menemukan arus sungai yang kuat pada dirinya dan tanpa daya aku terseret di dalamnya, aku hanyut.

Dia  tak harus memintaku seperti ini. Aku tahu dia jatuh cinta padaku tepat saat aku jatuh cinta padanya. Dan aku yakin dia juga mengalami mimpi yang sama, mimpi yang membuat hati ini jatuh. Aku juga tahu dia tak pernah berhenti mencintaiku sejak saat itu. Aku paham dia menderita dengan semua pertanyaan dan kebenaran yang seharusnya bisa kujawab sejak dulu. Namun aku belum siap untuk mengatakannya. Aku belum sanggup untuk berani merengkuhnya.

Pesannya tidak satupun aku balas. Aku tahu dia terluka. Aku tahu dia dia pasti gundah saat ini. Namun aku yakin dia pasti mampu bersabar. Aku percaya dia tidak akan pernah menggantikanku dengan orang lain dihatinya. Aku berjanji tak lama lagi aku akan menemuinya. Tak ada hal yang bisa membuat mataku bercahaya selain dia. Tak ada bayangan yang lebih menarik selain mengingat tentang dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar