Angin dingin kian menusuk-nusuk
kulitku. Sepertinya hujan sebentar tadi cukup mengundang datangnya angina gunung
yang bergerilya menuruni bukit. Aku rapatkan baju hangatku yang sedikit
mengendur. Pandanganku kembali kualihkan pada layar monitor laptopku. Tugas kantor
ini harus selesai sebelum tengah malam karena besok harus segera
dipresentasikan dan aku harus istirahat yang cukup juga. Namun aku terkaget
dengan bunyi telepon genggamku. Ringtone singkat pertanda ada pesan masuk. Kutengok
layar handphoneku dengan malas. Namanya terpampang di layar. Jantungku berdetak
melambat.
"Hari itu, pada waktu itu.
Saat mencintaimu untuk yang pertama kalinya.
Dan aku tahu hal itu adalah suatu kesalahan.
Tapi hati kecilku mengatakan kalau kau adalah cinta sejatiku."
Saat mencintaimu untuk yang pertama kalinya.
Dan aku tahu hal itu adalah suatu kesalahan.
Tapi hati kecilku mengatakan kalau kau adalah cinta sejatiku."
Isi pesan itu cukup jelas, dan
aku bukan orang buta huruf yang tidak bisa membaca alfabeth. Nafasku berubah
menjadi berat. Aku harus bagaimana sekarang?
Berkali-kali pesan itu aku lihat
dan aku baca. Namun jariku tak sanggup untuk membalasnya. Seperti ada pantangan
yang membuat badanku seluruhnya membeku. Walaupun hatiku meronta-ronta untuk
segera membalasnya, namun jariku tak sanggup untuk bergerak.
Sudah hampir dua jam aku membeku
seperti ini. Merasa semua yang tadinya normal, sekarang seperti jungkir balik. Aku
kacau. Namun aku masih sanggup mengendalikan diri dan menata nafasku setenang
mungkin. Saat kurasa aku sudah tenang, bunyi pesan masuk kembali terdengar dari
handphoneku.
"Kita harus bicara,
Suatu hari nanti kita harus bicara.
Aku ingin mendengar semuanya darimu.
Aku harus tahu semua kebenaran yang kau simpan sendiri."
Suatu hari nanti kita harus bicara.
Aku ingin mendengar semuanya darimu.
Aku harus tahu semua kebenaran yang kau simpan sendiri."
Rasanya aku pengen teriak dengan
kencang saat ini. Dadaku seperti mau meledak.
Aku mencintainya. Tanpa jeda
sejak hatiku memilihnya di dalam mimpiku. Namun aku tidak pernah berani untuk
menyampaikannya, ataupun sekedar menyiratkannya. Hampir 12 tahun aku tersiksa
seperti ini, tapi aku selalu menegarkan diri. Aku tak sanggup untuk
menyentuhnya bahkan untuk membalas pesan seperti inipun aku tak perdaya. Aku memujanya
dalam diam. Aku menemukan arus sungai yang kuat pada dirinya dan tanpa daya aku
terseret di dalamnya, aku hanyut.
Dia tak harus memintaku seperti ini. Aku tahu dia
jatuh cinta padaku tepat saat aku jatuh cinta padanya. Dan aku yakin dia juga
mengalami mimpi yang sama, mimpi yang membuat hati ini jatuh. Aku juga tahu dia
tak pernah berhenti mencintaiku sejak saat itu. Aku paham dia menderita dengan
semua pertanyaan dan kebenaran yang seharusnya bisa kujawab sejak dulu. Namun aku
belum siap untuk mengatakannya. Aku belum sanggup untuk berani merengkuhnya.
Pesannya tidak satupun aku balas.
Aku tahu dia terluka. Aku tahu dia dia pasti gundah saat ini. Namun aku yakin
dia pasti mampu bersabar. Aku percaya dia tidak akan pernah menggantikanku
dengan orang lain dihatinya. Aku berjanji tak lama lagi aku akan menemuinya. Tak
ada hal yang bisa membuat mataku bercahaya selain dia. Tak ada bayangan yang
lebih menarik selain mengingat tentang dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar