Inilah landscape favorite saya
dari lokasi paling prestisius yang pernah saya datangi. Tolong abaikkan objek
yang ada di dalam foto itu. Saya harus memasukkan manusia untuk menampilkan
skema foto menjadi terlihat nyata,.. hahahaha. Bukan bermaksud untuk mengurangi
keindahan bentuk gambar, tapi lebih merasa sebagai kebutuhan untuk
menyeimbangkan unsur yang ada disitu.
Oke, cukup dengan penjelasan
fotonya. Sekarang kembali ke tujuan ditampilkannya foto ini. Pernah lihat
tumbuhan merambat seperti itu? atau pernah lihat tiang-tiang beton dengan
tempelan batu alam seperti itu? mungkin juga pernah lihat kolam berbentuk
lingkaran seperti itu? Jika anda merasa pernah melihatnya, saya pastikan benak
anda akan berkorelasi dengan benak saya. Hahahhahaa, tolong jangan diartikan
terlalu dalam tentang makna korelasi yang saya bilang barusan.
Well, lokasi tersebut sangat dalam maknanya buat saya. Itu adalah
foto pertama juga kesempatan pertama saya menginjakkan kaki di tempat tersebut.
Tempat yang dulu saya dambakan sebagai rumah saya, namun tidak terwujud. Dan untuk
moment pertama saya menginjakkan kaki disana. Saya paham kenapa dulu saya
sangat mendambakannya sebagai rumah buat kehidupan selama 4 tahun. Saya jatuh
cinta kepadanya, kepada institusi tersebut, sejak pertama kali kaki saya
melintas di gerbang pintu masuk.
Seperti memasukki belahan bumi
lain, belahan bumi utara, belaham bumi tempat mimpi-mimpi saya tergantungkan. Saya
menyusuri setiap sudutnya walaupun belum seluruhnya tersentuh. Ada kesejukkan
yang menyeruak dalam diri saya. Rasanya nyaman sekali. Rumput hijau terhampar
subur di kanan kiri. Beton pancang ataupun tiang kayu berusia puluhan tahun
terlihat anggun. Semuanya saling mendukung. Terlihat penuh namun tidak
membuatnya menjadi sesak. Terlihat seperti aristrokat yang elegan dan penuh
sopan-santun.
Dari belakang ke depan. Saya belah
jalanan itu dengan rasa kagum. Hingga mata saya menatap penuh haru kepada bangunan
yang dindingnya tampak seperti kubus bila terlihat dari luar. Sesuatu yang
selalu saya rindukan selama ini. sesuatu yang hanya dapat saya baca ceritanya dari
novel-novel islami, ataupun juga pernah saya dengar dari cerita-cerita
kawan-kawan saya. Sesuatu yang membuat saya merintih saat tiba kesempatan berkunjung
ke kota ini namun tak jua dapat untuk melihatnya. Dialah Salman yang saya rindukan. Sederhana namun berkharisma.
Saya percepat langkah saya begitu
melihatnya terpatri di depan mata. Saya ucapkan salam. Saya cuci wajah, tangan dan
kaki saya sebelum mengecupnya. Lalu begitu saya merengkuhnya dalam pelukan saya, badan saya rebah di atasnya. Merasakan setiap denyut kesegaran yang mengalir
dalam tubuh saya. Saya pejamkan mata saya dengan lembut. Merapal semua doa dalam sujud. Memantaskan
sikap dengan sebaik-baiknya. Tidak ada rumah sebaik rumah-MU.
Saya amati setiap bagiannya. Tak semuanya
bisa saya rekam dengan baik. Daya ingat saya sepertinya cukup terbatas hehehee. Namun saya bisa mengingat desain lampu di langit-langit itu, juga pintu geser di
bagian depan yang berukir. Ataupun lantai parquet yang hangat itu. Banyak yang saya rasakan, tapi seperti tak bisa saya gambarkan lewat kata-kata. Saya yang terikat,
atau saya yang mencoba mengikatkan hati saya kepadanya. Saya tak pernah tahu itu.
Dan seperti itulah. Suatu hari saya hendak mendapatkan moment yang terindah di landscape favorite saya itu. Bisa
duduk berlama-lama untuk menikmati pemandangan dari sudut itu. Membisikkan
setiap doa pada daun-daun yang merambat di tiang beton itu. Atau menikmati
gerimis tipis yang turun dengan lembut, seperti saat saya mengambil foto itu. Ahhhh,..
senyum saya terkembang sekarang. Tak salah bila saya menyebutnya rumah. Tak harus saya tinggali, namun selalu nyaman saat saya datangi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar